Selasa, 29 Januari 2013

Baru belajar buat puisi dari nol.. tapi disuruh bikin puisi untuk Unnes Fire
saya serahkan ke ahlinya.. Imam Bukhori A.L.H (yang very2 Alay.. Lebay.. dan Horay :P)
mudah - mudahkan dikoreksi, ditambahi. atau diganti dengan puisinya
biar setiap kata layak untuk dibaca dan diperdengarkan..
sepertinya  aransement musiknya dari Ebid G ade bagus

Ku tunggu kau kawan

Melewati dinginnya subuh
Kuterabas pintu – pintu rumah
Menelusup lorong – lorong kampung
Mengetarkan telinga – telinga yang terkubur masam mimpi dan racun gelisah
Bangunlah kawan, temui aku…

Kutunggu kau kawan

Melewati dingin malam
Menyingkap tirai kelam
Mengusik relung yang lelah menerawang
Bangunlah kawan , temui aku…

Dilembah manapun kau berpijak
Dilangit manapun kau berteduh
Ku kan mendengarmu lebih banyak
Ku kan mendukungmu lebih kuat


@roomtea, 7 September 2013


 Abadi

Namun cahaya yg mencerahkan itu datang,
Diturunkan  kepada hambaNya yg dikehendakinya.
dikaruniakan kepada hambaNya yg dicintainya

dari kekafiran menuju Hidayah
yang mahal
yang suci
yang abadi, untuk hamba yg bisa menjaganya


Hujan

Berjatuhan, meenyentuh kuncup bunga
bunga yang baru kuncup
bunga yg mulai mekar
bunga yang malu - malu untuk bermekaran


Siapa yg memanggil hujan itu
atau ada yang meminta tuk membasahi bunga  - bunga 
hujan turun tuk membasahi bunga
yang mudah layu dan rapuh
agar tersenyum untuk dunia

@ruanghati, 7 April 2013


Jumat, 18 Januari 2013

PENCELA = CERMIN AJAIB

Orang yang mencela kita itu ibarat cermin ajaib. Ia yang memberitahu kelemahan kita. Ia yang menunjukkan kebodohan kita. Ia yang menyadarkan bahwa kita masih punya sisi buruk dan perlu berbenah. Sungguh sangat layak kita berucap terima kasih kepada yang telah mencela kita.

Terkadang kita juga tidak punya waktu merenungi diri sendiri. Orang yang mencela, menyediakan waktu untuk memperbaiki kita. I...a bersusah payah mencari kata agar ucapannya didengar dan diperhatikan oleh kita. Agar suara itu terdengar oleh kita terkadang ia meminta bantuan orang lain untuk sama-sama menghujat kita. Maka berterima kasihlah kepada orang yang telah rela menyediakan waktu untuk kita.

Bagaimana kalau ia mencela diri kita tanpa kita ketahui? Bersyukurlah karena itu akan mengurangi dosa kita. Bila dosa-dosa yang ada pada kita sudah habis karena ia cela dan ia tetap mencela maka kebaikan yang ia lakukan akan diberikan kepada kita. Ucapan terima kasih sangat layak diberikan kepada orang yang rela dan bersedia mengurangi dosa kita.

Berterima kasihlah kepada sang pencela namun jangan pernah kita menjadi pencela.trimakasih--ini inspirasi dr mb nadhira aini :-)

Selasa, 15 Januari 2013

KESETIAAN ABADI

merasakan jiwa ini sangat jarang  berkomunikasi denganNya, d mlm yang sunyi, mlm yang tenang, jauuh dari keduniawian yang fana, jauh dari keramaian dunia, jauh dari kesibukan dunia. saat - saat dimana bisa mengadukan seluruh rasa dan asa ini, berharap untuk lebih diperhatikan., didengarNya, diekapNya, dipeluk OlehNya dengan penuh kasih.....menundukkan jiwa dan hati, menghadapkan wajah pdNya. sungguh serasa nikmat dan bermakna berkomunikasi dengan Yg Maha Pengasih .lebih dekat dengan Yang Maha Dekat.Hanya dia yg SETIA.hambamu ini sering mengecewakanmu y Allah......q dn keluargaku tak bosan untuk senantiaasa mendamba ampunan, keselamatan, kecukupan, dan bimbinganmu, untuk memuliakan islam ini dengan bakti dan jihad semampunya

Minggu, 13 Januari 2013

(SINOPSIS) Jalan Cinta Para Pejuang by:Salim A. Fillah

Satu kata cinta Bilal:

“Ahad!”

Dua kata cinta Sang Nabi:

“Selimuti aku…!”

Tiga kata cinta Ummu Sulaim

“Islammu, itulah maharku!”

Empat kata cinta Abu Bakr

“Ya Rasulullah, saya percaya…!”

Lima kata cinta ‘Umar

“Ya Rasulullah, izinkan kupenggal lehernya!”

Selamat datang di jalan cinta para pejuang!

Jikalau ada sepuluh bintang untuk memberi makna dari segi markah akan hasil sesebuah penulisan, pasti buku ini adalah buku pilihan saya untuk mendapatkan 10 bintang itu. Di dalam buku Jalan Cinta Para Pejuang ini, Ustaz Salim A. Fillah telah menggarap maksud pejuang secara menyeluruh sekali. Dan satu bonus juga bagi para pembaca kerana garapan ini dibuat dengan bahasa yang sangat indah dan berseni, seindah kisah nama-nama manusia yang dicoretkan di dalam buku.

Bermula dengan perbahasan mengenai definisi cinta menurut pandangan dunia barat seperti Romeo, epic Laila dan Majnun, serta teori-teori Saintifik hasil kajian para ilmuan, beliau membawa kita perlahan-lahan merungkai dari mana datangnya cinta yang begitu agung iaitu Cinta kepada Pencipta yang bahkan lebih hebat dari kecanduan cinta sesama manusia.

Pada bahagian kedua iaitu dinamakan langkah kedua Ustaz Salim turut membincangkan tentang kekuatan yang ada pada pemberian makna yang membezakan cara kita melihat sesuatu situasi. Bahagian ini bagi saya, antara bahagian yang saya gemari kerana ianya mengingatkan saya bahawa kita semua punya keterbatasan yang sama iaitu, keterbatasan dalam takdir. Kita berusaha selayaknya tetapi takdir itu adalah limit kepada jalan cerita yang kita coretkan. Namun, kita kadang-kadang lupa, kita masih punya satu kebebasan, tidak kira di dalam situasi apapun, tak kira dibawah takdir apa sekalipun, iaitu kebebasan memberi makna kepada takdir yang berlaku itu sendiri. Jika berbaik sangka, manislah takdirnya, tetapi jika buruk sangka, terpaksalah menelah kepahitan itu.

Buku ini juga dihiasi dengan coretan sirah Rasulullah saw, kisah sahabat-sahabat Rasulullah dalam berjuang menegakkan islam. Masing-masing melakukan sesuatu untuk menegakkan agama dalam erti kata perjuangan walaupun kadangkala lorong perjuangan itu tidak sama. Kesemua kisah ini sangat meruntun hati, namun memberi sejenis perasaan bersulam kekuatan untuk tidak lelah dan kalah dalam berjuang meninggikan agama Allah. Tiupan nafas perjuangan ini juga sangat kuat terutamanya apabila hikmah-hikmah disebalik Kisah seperti ketabahan Nabi Ibrahim dan keluarganya, Ummu Sulaim dan lain-lain dicungkil secara kritis.

Salim tidak hanya menyelitkan kisah-kisah ini secara total, sebaliknya dikaitkan dengan misi perjuangan generasi pertama dan lain-lain generasi termasuk kita pada hari ini. Inilah yang menjadikan buku ini istimewa dan sangat sesuai untuk mereka yang sama ada sudah berjiwa pejuang atau mahu mencambahkan jiwa pejuang di dalam nurani masing-masing.

Akhir kata, buku ini bukan sekadar buku biasa yang membawa kita mengembara di satu daerah, kemudian kembali ke tapak asal tanpa apa-apa beza, sebaliknya menarik kita ke satu zaman, satu era, satu dunia yang asing di mata, cinta adalah segala-galanya, Cuma bezanya, ini cinta pada yang Esa.(less)